Tata Nama Senyawa Kimia Sederhana

TATA NAMA SENYAWA KIMIA SEDERHANA - Pada kesempatan kali ini admin akan membagikan sebuah cara bagaimana penamaan senyawa kimia. Materi ini, admin dapat dari sekolah pada palajaran kimia sekitar seminggu yang lalu. Baiklah tanpa panjang lebar, berikut adalah cara penamaan senyawa kima sederhana.

Setiap senyawa mempunyai nama yang khas. Himpunan kimia sedunia, IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry), telah membuat aturan mengenai penamaan senyawa kimia. Di dunia, ada beberapa senyawa yang memiliki dua nama, yaitu satu nama yang sesuai dengn aturan IUPAC, dan satu nama lagi berasal dari nama trivial atau nama dagang. Berikut ini adalah beberapa aturan tata nama senyawa sesuai dengan aturan IUPAC

TATA NAMA SENYAWA ANORGANIK

Yang akan di bahas pada tata nama senyawa anorganik ini antara lain : tata nama senyawa biner, poliatomik, basa, dan asam. Berikut adalah penjelasannya.

1. TATA NAMA SENYAWA BINER

Senyawa biner adalah senyawa yang tersusun atas dua unsur. Kadua unsur itu dapat berupa unsur logam dan unsur nonlogam atau unsur nonlogam dan unsur nonlogam. Unsur logam dalam senyawa biner biasanya merupakan kation (ion positif) (Baca juga tentang reaksi ionisasi dan pembentukan ion disini sedangkan unsur nonlogam dalam senyawa biner biasanya merupakan anion (ion negatif).

A. TATA NAMA SENYAWA BINER LOGAM DAN NONLOGAM

Terdapat tiga aturan untuk penamaan senyawa yang tersusun atas unsur logam dan unsur nonlogam. Berikut adalah aturannya :
  • Untuk unsur logam yang hanya mempunyai satu bilangan oksidasi (baca juga cara menentukan bilangan oksidasi disini), penamaannya dengan cara menyebutkan nama unsur nonlogam didepan dan kemudian nama unsur nonlogam disertai akhiran ida

Nama unsur logam + nama unsur nonlogam –ida
Contoh :
  1. LiF = Li (litium) + F (flour) = Litium Flourida
  2. MgCl2 = Mg (magnesium) + Cl(klor) = Magnesium Klorida
  3. BeO = Be (berrilium) + O (oksigen) = Berrilium Oksida
  4. K2S = K (Kalium) + S (sulfur) = Kalium Sulfida
  5. Al2O3 = Al (alumunium) + O (oksigen) = Alumunium Oksida
  6. MgBr2 = Mg (magnesium) + Br (bromium) = Magnesium Bromida


  • Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, penamaan adalah dengan cara menuliskan nama unsur logam disertai dengan menuliskan bilangan oksidasinya dengan menggunakan angka romawi di dalam tanda kurung dan nama nonlogam di belakang disertai akhiran –ida. Untuk penamaan dengan metode ini dapat dengan menggunakan nama lokal atau nama dagang untuk nama unsur logamnya.

Nama unsur nonlogam (bilangan oksidasi dalam angka romawi) + nama unsur nonlogam –ida
Contoh :
  1. CuCI = Tembaga (I) Klorida
  2. SnO = Timah (II) Oksida
  3. CuCI2 = Tembaga (II) Klorida
  4. SnO2 = Timah (IV) Oksida
  5. PbO = Timbel (II) Oksida
  6. CuI2 = Tembaga (II) Iodida
  7. MnO2 = Mangan (IV) Oksida
  8. AgF = Perak (I) Flourida
  9. HgO = Mercuri (II) Oksida
  10. PbCl2 = Timbel (II) Klorida
  11. Fe2O3 = Besi (III) Oksida
  12. SnF2 = Timah (II) Flourida
  13. AuCl3 = Emas (III) Klorida


  • Untuk unsur logam yang mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi, ada dua cara :

  1. Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih kecil, maka diakhiri dengan –o
  2. Jika bilangan oksidasi pada unsur logam lebih besar, maka diakhiri dengan –i

Nama unsur logam –i atau –o + nama unsur nonlogam
TIPS
Cara mengetahui apakah bilangan oksidasi suatu unsur lebih besar atau lebih kecil adalah dengan melihat SPU (Sistem Periodik Unsur). Lihatlah tepat diatas lambing unsur, angka tersebut merupakan angka yang menunjukkan bilangan oksidasi suatu unsur. Misal unsur H hanya mempunyai satu bilangan oksidasi, yaitu +1, sementara unsur Fe mempunyai dua bilangan oksidasi, yaitu +2, dan +3 (artinya bilangan oksidasi +2 merupakan bilangan oksidasi kecil dari unsur Fe, dan bilangan oksidasi +3 merupakan bilangan oksidasi besar dari unsur Fe).
Contoh :
  1. PbO = Plumbo Oksida (bilangan oksidasi Pb = +2 => lebih kecil)
  2. CuCI2 = Cupri Iodida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
  3. CuCl = Cupro Klorida (bilangan oksidasi Cu = +1 => lebih kecil)
  4. CuCl2 = Cupri Klorida (bilangan oksidasi Cu = +2 => lebih besar)
  5. FeCI2 = Ferro Klorida (bilangan oksidasi Fe = +2 => lebih kecil)
  6. FeCl3 = Ferri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
  7. HgO = Hidra Argiri Oksida (bilangan oksidasi Hg = +2 => lebih besar)
  8. FeO3 = Ferri Oksida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)
  9. SnF2 = Stanno Flourida (bilangan oksidasi Sn = +2 => lebih kecil)
  10. AuCl3 = Auri Klorida (bilangan oksidasi Fe = +3 => lebih besar)

B. TATA NAMA SENYAWA BINER NONLOGAM DAN  NONLOGAM

  • Unsur dengan atom (baca juga teori perkembangan atom disini) yang cenderung bermuatan positif, diletakkan didepan. Sementara unsur dengan atom yang cenderung bermuatan negatif diletakkan dibelakang. Adapun urutannya adalah sebagai berikut :

B – Si – C – Sb – As – P – N – H – Te – Se – S – I – Br – CI – O – F
Contoh :
  1. Amonia = NH3 bukan H3N
  2. Air = H2O bukan OH2

  • Penulisan senyawa nonlogam dan nonlogam adalah, dengan menuliskan nama unsur nonlogam diawali dengan awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam dan nama unsur nonlogam diawali dengan awalan yang menunjukan jumlah unsur nonlogam serta diikuti dengan akhiran –ida. Awalan pada yang menunjukan jumlah unsur nonlogam ditulis dengan bahasa yunani. Untuk awalan yang menunjukkan jumlah satu pada unsur nonlogam yang didepan tidak perlu ditulis

(awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam) - nama unsur nonlogam + (awalan yang menunjukkan jumlah unsur nonlogam) – nama unsur nonlogam –ida
Jumlah unsur yang menunjukkan jumlah unsur dalam bahasa yunani
  • Satu = mono
  • Dua = di
  • Tiga = tri
  • Empat = tetra
  • Lima = penta
  • Enam = heksa
  • Tujuh = hepta
  • Delapan = okta
  • Sembilan = nona
  • Sepuluh = deka

Contoh :
  1. PCl3 = Fosfor Triklorida (indeks 1 pada unsur P tidak perlu ditulis)
  2. N2O3 = Dinitrogen Trioksida
  3. NO = Nitrogen Oksida
  4. CCI4 = Karbon Tetraklorida
  5. NO2 = Nitrogen Dioksida
  6. SO2 = Sulfur Dioksida
  7. SO3 = Sulfur Trioksida
  8. N2O5 = Dinitrogen Pentaoksida
  9. CI2O7 = Dikloro Heptaoksida
  10. CO2 = Karbon Dioksida

2. TATA NAMA SENYAWA ASAM

Asam merupakan zat yang menghasilkan ion hIdrogen (H+) jika dilarutkan ke dalam air. Untuk senyawa asam biner, tata namanya diawali dengan kata asam dan diikuti dengan nama unsur yang mengikutinya. Sedangkan untuk senyawa asam poliatomik, penamaannya diawali dengan kata asam dan diikuti dengan sisanya, yaitu anion.
daftar nema ion positif kation
daftar nama ion negatif
Asam + sisanya
Contoh :
  1. HBr = Asam Bromida
  2. H2CO3 = Asam Karbonat
  3. H2SO4 = Asam Sulfat
  4. H2SO3 = Asam Sulfit
  5. H3PO4 = Asam Fosfat
  6. H3PO3 = Asam Fosfit
  7. HNO2 = Asam Nitrit
  8. HNO3 = Asam Nitrat
  9. H2C2O4 = Asam Aksalat
  10. CH3COOH = Asam Asetat

3. TATA NAMA SENYAWA BASA

Basa merupakan zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan di dalam air. Tata nama senyawa logam adalah tata nama unsur logam dan diikuti –hidroksida.
Tata nama logam + hidroksida
Contoh :
  1. Al(OH)3 = Alumunium Hidroksida
  2. Ba(OH)2 = Barium Hidroksida
  3. Cu(OH)2 = Tembaga (II) Hidroksida atau Cupri Hidroksida (bilangan oksidasi CU = +2, lebih besar)
  4. Fe(OH)3 = Besi (III) Hidroksida atau Ferri Hidroksida (bilangan oksidasi Fe = +3. Lebih besar)
  5. AgOH = Perak Hidroksida
  6. Au(OH)2 = Emas (II) Hidroksida atau Aurri Hidroksida (bilangan oksidasi Au = +2, lebih besar)
  7. Be(OH)2 = Berrilium Hidroksida
  8. Pb(OH)4 = Timbal (IV) atau Plumbi Hidroksida (bilangan oksidasi Pb = +4, lebih besar)

4. TATA NAMA SENYAWA POLIATOMIK

Untuk senyawa poliatomik ini, anda harus bisa menerapkan tata nama senyawa biner, baik logam dan nonlogam maupun nonlogam dan nonlogam, serta tabel kation dan anion. Untuk senyawa poliatomik yang tersusun atas kation dan anion poliatomik, susunannya adalah kation diikuti dengan nama anion.

Contoh :
  1. MgCO3 = Magnesium Karbonat
  2. KClO3 = Kalium Klorat
  3. Fe(NO3)3 = Besi (III) Nitrat atau Ferri Nitrat (Perhatikan unsur logam dan kationnya)