Ukuran Struktur dan Reproduksi Jamur

Ukuran Bentuk Warna Struktur tubuh Cara hidup Habitat dan Reproduksi Jamur - Pada kesempatan kali ini admin akan membahas tentang ukuran jamur, macam macam bentuk jamur, struktur tubuh jamur, cara hidup jamur, cara jamur memperoleh makanan, habitat atau tempat hidup jamur dan reproduksi jamur, seperti yang sudah admin dapatkan di sekolahan beberapa hari yang lalu. Jamur merupakan organisme yang termasuk dalam kingdom fungi. Berikut ini adalah materi yang admin dapat dari guru admin dan buku paket yang admin punya.

Ukuran Jamur

Berdasarkan ukurannya, jamur dibedakan menjadi dua, yaitu jamur mikroskopis dan jamur makroskopis. Jamur mikroskopis merupakan jamur yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop. Tubuh jamur mikroskopis hanya terdiri atas satu sel (uniseluler). Jamur mikroskopis misalnya Saccharomyces sp., Rhodotorula, Candida sp. dan Neurospora.


Jamur makroskopis merupakan jamur yang dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa bantuan mikroskop. Jamur makroskopis dapat membentuk tubuh buah dengan ukuran yang bervariasi, bahkan ada yang lebh dari satu meter tingginya, misalnya Calvatia gigantea. Namun demikian, untuk dapat melihat sel – sel jamur tetap harus menggunakan bantuan mikroskop. Jamur makroskopis misalnya, jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kuping (Puricularia polytricha), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae).
jamur merang volvariella volvacea
Jamur merang contoh jamur makroskopis

Bentuk Jamur

Jamur memiliki bentuk tubuh yang sangat bervariasi. Adapun macam – macam bentuk tubuh jamur antara lain sebagai berikut :
  1. Jamur berbentuk untaian benang, misalnya jamur tempe (Rhizopus oryzae)
  2. Jamur berbentuk seperti payung, misalnya jamur merang (Volvariella volvacea)
  3. Jamur berbentuk mangkok, misalnya Sarcoscypha coccinea
  4. Jamur berbentuk pipih, misalnya jamur kuping (Puricularia polytricha)
  5. Jamur berbentuk bulat, mislanya “puffball” (Lycoperdon gemmatum)
  6. Jamur berbentuk bercak – bercak, misalnya jamur penyebab panu
  7. Jamur berbentuk embun tepung, misalnya kapang tori (Mucor sp.)
    jamur tempe
    Jamur Tempe contoh jamur yang berbentuk untaian benang

Struktur Tubuh Jamur

  1. Tubuh jamur tersusun atas sel – sel eukariotik yang memiliki dinding sel.
  2. Dinding sel jamur tersusun dari kitin
  3. Jamur tidak memiliki klorofil
  4. Beberapa jenis jamur memiliki zat warna
  5. Jamur mempunyai sel memanjang yang berupa benang yang disebut dengan hifa. Hifa ada yang memiliki sekat (disebut septa) dan ada juga yang tidak memiliki sekat disebut asepta.
  6. Hifa jamur bercabang – cabang dan berjalinan membentuk miselium.
  7. Miselium vegetatif berfungsi untuk menyerap makanan, dan pada jamur yang parasite miselium ini memiliki stuktur yang disebut houstorium, yang dapat menembus sel inang.
  8. Miselium generatif memebentuk alat reproduksi yang menghasilkan spora.
  9. Miselium menyusun jalinan – jalinan membentuk tubuh buah.
  10. Jamur yang hidup parasite pada organisme lain memiliki hifa yang termodifikasi menjadi haustorium
  11. Haustorium adalah ujung hifa yang mampu menembus jaringan inang dan berfungsi untuk menyerap sari makanan.

Cara hidup jamur

Jamur merupakan organisme yang tidak memiliki klorofil, sehingga tidak dapat memproduksi makanan sendiri. Cara hidup jamur jamur bersifat heterotrof yaitu memperoleh zat organik atau makanan dari hasil sintesis organisme mati maupun organisme hidup. Berdasarkan cara memperoleh makanannya, jamur dibedakan menjadi :
  1. Jamur saprofit atau saproba (jamur pengurai), yaitu jamur yang memperoleh makanannya dari oraganisme yang telah mati. Jamur ini berperan juga sebagai pengurai.
  2. Jamur parasit : jamur yang memperoleh makanannya dari organisme yang masih hidup. Jamur ini bersifat merugikan karena menimbulkan penyakit.
  3. Jamur mutualisme : jamur yang memperoleh makanannya dengan cara hidup saling menguntungkan dengan organisme lain, misalnya jamur dengan ganggang hijau membentuk lumut kerak.

Habitat jamur

Jamur memiliki habitat yang beraneka ragam sesuai dengan cara hidupnya (saprofit, parasit, atau simbiosis mutualisme). Jamur saprofit dapat hidup pada sisa – sia organisme, baik di darat, air tawar, maupun air laut. Di darat, jamur tumbuh di lingkungan yang lembab, basah. Sehingga jamur kebanyakan akan tumbuh pada saat musim penghujan. Beberapa jenis jamur dapat tumbuh pada lingkungan yang sangat asam atau manis.

Jamur parasit dapat hidup pada organisme dengan berbagai kondisi sel inang, misalnya pada jaringan kulit, organ dalam tubuh, dan berbagai jaringan tumbuhan.

Sementara jamur yang hidup secara simbiosis mutualisme dapat hidup di lingkungan yang sangat ekstrem, misalnya di daerah kutub yang sangat dingin, di gurun yang sangat panas, pada batuan atau menempel pada pohon – pohon.

Reproduksi jamur

Reproduksi jamur dapat terjadi secara vegetatif (aseksual) maupun generative (seksual). Pada umumnya, reproduksi secara generative merupakan reproduksi darurat yag hanya terjadi jika terjadi perubahan lingkungan. Reproduksi secara generative dapat menghasilkan keturunan dengan variasi genetic yang lebih tinggi dibandingkan dengan reproduksi secara vegetatif. Adanya variasi genetic ini memungkinkan dihasilkannya keturunan yang lebih adaptif daripada bila terjadi perubahan lingkungan.

1. Reproduksi jamur secara vegetatif

Reproduksi secara vegetatif pada jamur bersel satu dilakukan dengan cara pembentukkan tunas yang akan tumbuh menjadi individu baru. Sementara reproduksi jamur secara vegetatif pada jamur multiseluler dilakukan dengan cara sebagai berikut :
  • Fragmentasi (pemutusan) hifa : potongan hifa yang terpisah akan tumbuh menjadi jamur baru.
  • Pembentukan spora aseksual : spora aseksual dapat berupa sporangiospora atau kanidiospora.

Jenis jamur tertentu yang sudah dewasa menghasilkan sporangiofor (tangkai kotak spora). Pada ujung sporangiofor terdapat sporangium (kotak spora). Didalam kotak spora terjadi pembelahan secara mitosis dan banyak menghasilkan sporangiospora dengan kromosom haploid (n).

Jamur jenis lainnya yang sudah dewasa dapat menghasilkan konidiofor (tangkai konidium). Pada ujung konidiofor terdapat konidium (kotak konidiospora). Di dalam konidium terjadi pembelahan sel secara mitosis dan menghasilkan banyak konidiospora dengan kromosom yang haploid (n). baik sporangiospora maupun konidiospora, bila jatuh ditempat yang cocok, akan tumbuh menjadi hifa baru yang haploid (n).

2. Reproduksi Jamur Secara Generatif

Reproduksi jamur secara generatif dilakukan dengan konjugasi. Konjugasi adalah peleburan antara dua sel yang belum diketahui mana yang jantan dan mana yang betina. Berikut ini adalah mekanisme reproduksi jamur secara generatif :
  1. Hifa (+) dan hifa (-) yang masing – masing berkromosom haploid (n) berdekatan dan membentuk gametangium. Gametangium merupakan perluasan dari hifa.
  2. Gametangium mengalami plasmogami (peleburan sitoplasma) membentuk zigospora dikariotik (heterokariotik) dengan pasangan haploid yang belum bersatu. Zigosporangium memiliki lapisan dinding sel yang tebal untuk bertahan pada kondisi buruk atau kering.
  3. Jika kondisi lingkungan membaik akan terjadi kariogami (peleburan inti sel) sehingga zigosporangium memiliki inti yang diploid (2n).
  4. Inti diploid zigosporangium segera mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan zigospora haploid (n) di dalam zigosporangium.
  5. Zigospora haploid akan berkecambah membentuk sporangium bertangkai pendek dengan tangkai haploid.
  6. Sporangium haploid akan menghasilkan spora – spora yang haploid. Spora ini mempunyai keanekaragaman genetik.
  7. Jika spora – spora haploid jatuh ditempat yang cocok, maka akan berkecambah menjadi hifa jamur yang haploid. Hifa akan tumbuh membentuk jaringan miselium yang semuanya haploid
Kurang lebih itulah materi tentang jamur yang dapat saya bagikan kepada anda. Semoga materi diatas dapat menambah wawasan anda dan membantu belajar anda. Sekian dan terima kasih. JANGAN LUPA UNTUK MEMBACA MATERI PELAJARAN YANG LAIN